Monday 26 May 2014

Terima Kasih, Gi

    Ah, pembukaan posting ini takkan seceria biasanya. Aku lebih suka berdiam sambil berjika-jika tentang kisah apa yang lebih bahagia dari sinetron pada masa mendunia. Kisah diluar realita yang kadang terasa begitu mengada-ngada. Mana ada kisah cinta yang menceritakan permusuhan, pengabaian, lalu berakhir lebih bahagia dari legenda. Entah aku yang sedang bernestapa sampai bisa menafsirkan cinta adalah luka. Entahlah. Biarkan aku sedikit berkisah...


    Seminggu yang lalu, ada seorang pria yang berani untuk mengungkapkan cintanya padaku. Tepat didepan rumahku pada senja paling aku suka. Adzan magrib sebagai backsoundnya. Aku bahagia. Setelahnya, tak ada hal lain yang lebih istimewa dari dia. Pria sederhana yang mampu buatku begitu istimewa. Tapi itu dulu, tujuh hari yang lalu.

    Sekarang, aku lagi-lagi melajang. Menggantung harap akan ada pria lain yang segera datang lantas menawarkan bahagia tanpa nestapa didalamnya. Ah, aku mengada-ngada. Mana ada bahagia tanpa nestapa. Bahkan banyak orang yang berkata  "bahagia ada setelah nestapa". Saat bahagia aku tentu tak percaya. "Bahagia ya bahagia sajalah. Nestapa enggan dekat-dekat" ujarku saat sedang tak tersedu. Sudahlah, aku capek sakit hati.

           Wanita mana yang akan bahagia pasca perpisahannya dengan pria yang ia cinta? 
Wanita mana yang kan bisa lupa akan pria yang sejak kemarin lusa buatnya bahagia?
Wanita mana yang ingin kehilangan pria yang buatnya kegirangan seperti orang gila?

     Sebelumnya, terima kasih sudah datang saat aku sedang teramat kesepian. Berkat "toilet" kami bisa merajut kasih. Yup, dengan berakhir duka, setidaknya kami pernah bahagia. Ralat, aku pernah bahagia. Pernah di pertemukan dengan pria yang candanya bisa menyejukkan jiwa. Tak lama. Namun cukuplah untuk sekedar berbenah dan kembali masuk dalam sepi yang selalu menemani.

     Saat itu, salah seorang dari komunitas KancutKeblenger meng-endorse-kan aku yang sedang dalam kesendirian. Berkat cuap cuap ku di twitter....

   

      Bisa dijamin, itu bukan no mention untuk calon lelaki, itu cuma bisa-bisanya Tami. Pencitraan aja. Biar nggak ketara jomblo jomblo amat, gitu. Kan orang nanti mikirnya " wih, si Tami lagi ngasih umpan lambung calon lelakinya, tuh " padahal, nggak. Jangankan lelaki, operator aja nggak rela ngesms cuma untuk kasih tau kapan masa aktif habis. Jadilah handphone tercinta hanya berfungsi saat pagi, saat alarm berbunyi. 

       Followers dia yang meng-endorse-kan aku ada yang nyamber. Ah, anak Kancut memang gokil-gokil. Isengnya melampauwi batas hatiku *tsaaaaah*


                                    

   

       Percakapanpun terus berlanjut, antar manusia iseng yang meng-endorse-kan cuap cuapku dengan anak Kancut lain yang aku tau sudah jadi "sesepuh" pada grup itu. Yang lain baik baik saja, hanya sekedar menanggapi apa yang sedang terjadi. Sampai muncul satu pria yang nama akunnya agak tua. 



       Mei, 13. Angka sial namun etah mengapa aku merasa sangat beruntung telah dipertemukan dengannya. Tak perlu waktu lama, kami sudah akrab bercengkrama. Mei, 15 sosok yang sudah dua hari menemani Tami bisa dilihat secara langsung. Kami bertatap muka. 

      Dia memakai kemeja merah muda menggoda. Awal berjumpa aku tentulah menertawainya. 

Tami : " Cie pake kemeja pink "
Doi   : " Ini bukan pink, ini merah. Aku abis pelatihan "
Tami : " Oh, ya gimana...aku lagi jatuh hati. Semuanya kayak warna pink "

     Doi nggak menanggapi, aku senyum senyum sendiri. Seharian itu, kami makan bakso. Di salah satu tempat favoriteku. Foto-foto. Uhm, foto pertama dan terakhir. Biar gaul sekaligus soswit My last and my begining  itu lirik lagu sih. Tapi tepat, merenah, pas. Di akhir, doi nanya..

Jadi gimana kesan pesan ketemu aku? 

*hening*

     Aku terlalu malu untuk ngomong sama kamu apa yang aku rasa saat itu. Kalo kamu tau, yaAllah Bang...hati dedek cenat cenut, Bang. Jedar jedor. Kedat kedut. Dedek suka sama Abang. Rambut Abang, cara Abang liatin Dedek. Ah, Bang....Dedek pengen hari itu keulang.

    Tapi Tami nggak tinggi hati. Tami malah takut ditinggal doi karena sudah tau wujud sebenarnya wanita yang sudah dua hari menemani. Alhamdulillah nggak, dia juga punya perasaan yang sama. Dewi Fortuna sedang berbaik hati pada Tami. Entah ini kebodohan doi kenapa bisa suka sama Tami. 

    Mei 17, bentar...lap air mata dulu biar drama.
Oke, tepat depan rumah, entah jam berapa udah sore. Aku pegang dada kamu. Aku diem bentar. Aku ambil seismograf, 9,1 skalarichter. Kamu dekdekan. Aku juga sama. Kamu tatap aku, terus buang muka. Aku juga gitu. Dekdekan. Hening lama, kamu deketin aku lagi. Aku ngindar lagi. Terus kayak gitu sampe 


Kamu mau gak jadi pacar aku?

    Sepersekian detik, kalo aku budek, aku udah gatau kamu ngomong apa. Syukurlah telingaku baik baik saja, bahkan cenderung seksi. Tapi aku pura-pura budek. Kenapa? biar bisa liat raut dekdekan kamu lagi. Itu lebih seksi dari Mariah Carey tanpa bra. Sayangnya kamu gak mau ngulangi. Bertele-tele. Kamu naik kuda besi milik temanmu. Kamu gagah banget, bee. Kamu tampan, sayang. 

Jadi gimana?

    Kamu memecah lamunanku yang sudah jauh entah kemana. Aku jabat tanganmu, hangat. Kamu balik menjabat tanganku. Deal, jawabku lirih. Di sambut lengkung wajahmu yang merekah indah. Pria tampan yang menanyakan toilet tadi sudah jadi laki-laki Tami. Alhamdulillah - walau tidak berjalan lama.

    Kini, kamu bukan milikku lagi. Aku tak apa, sungguh. Aku sudah biasa sendiri. Keluargaku sudah lebih dari segalanya. Tidak diucapkan selamat pagi oleh laki-laki bukanlah kiamat bila aku masih memiliki Alfi adik mungil pencipta semesta bahagia. Hanya saja, saat denganmu semuanya terasa begitu sempurna. Lengkap, tanpa jeda. Aku merasa benar-benar jadi wanita. Dicinta dan mencinta.

   
You make me feel, like i'm young again

    Salah satu lirik lagu yang paling kau suka. Kau kerap kali mengumandangkannya di depanku. Tanpa rasa malu. Aku yang malu, kelabakan harus menjawab apa pada kamu yang sedang jatuh cinta. Pun aku padamu. Namun, siapalah aku selain wanita yang sekarang bukan siapa siapa untukmu? ......

    Aku tentu akan merindukanmu dengan selalu. Rindu saat kamu terlalu malas mematikan telepon dengan kilat. Biar aku kutip beberapa kalimat yang sempat kau ucap.

     Tami   : " Tidur, Bee. Kamu ngampuskan "
     Doi     : " Nanti, aku mau denger suara kamu dulu "
     Tami   : " Tidur, Bee. Udah malem "
     Doi     : " Biarin aja udah malem, yang penting aku sayang kamu "
     Tami   : " Kamu maaaah"
     Doi     : " Ya udah, aku tidur ya. I love you "
     Tami   : " Selamat tidur, Bee"
     Doi     : " Iya, aku sayang kamu ya"
     Tami   : " Iya, aku juga, Sayang "
     Doi     : " kamu manggil aku sayang? coba ulangi "
     Tami   : " ga ada siaran ulang, tidur, Bee "
     Doi     : " Iya, I love you"
     Tami   : " I love you too, Bee"
     Doi     : " Titik dua bintang "
     Tami   : " kurung kurawal buka, kurung kurawal tutup"
     Doi     : " Assalamualaikum"

     Kutipan itu ga akan sampe satu menit kalo kalian bacanya cepet. Kalo di telepon, yang akan tidur jam 12 delay jadi jam 3 gegara kayak gitu. Ga jarang setelah Assalamualaikum  berulang dari 

     Doi     : " Ya udah, aku tidur ya. I love you "
     Tami   : " Selamat tidur, Bee"
     Doi     : " Iya, aku sayang kamu ya"
     Tami   : " Iya, aku juga, Sayang "
     Doi     : " kamu manggil aku sayang? coba ulangi "
     Tami   : " ga ada siaran ulang, tidur, Bee "
     Doi     : " Iya, I love you"
     Tami   : " I love you too, Bee"
     Doi     : " Titik dua bintang "
     Tami   : " kurung kurawal buka, kurung kurawal tutup"
     Doi     : " Assalamualaikum"

    Begitulah, tapi itu dulu. Dan itu yang akan selaluku rindu. Selalu.

     Maaf sudah begitu egois sampai kamu menyerah. Maaf sudah sebegitu sendu pasca kepergianmu. Maaf telah memasukkanmu dalam salah satu kisah pada blogku. Sungguh, aku hanya gemar merekap apa yang aku alami hingga nanti bisa aku baca kembali. Bisa aku ceritakan tanpa ada yang terlewat pada anak-anakku nanti. 



       Gak baik menyembunyikan sesuatu, iya itu untuk kamu. Aku terlalu cemburu. Untuk kamu.





     Bacotan biar keliatan sendu, sebenernya belom sendu. Yang ini yang sendu gegara kamu

     Kamu nggak ngabarin aku sampe siang, jadilah aku begitu. Iya, aku hih banget. Gapapa, yang penting aku cinta kamu. Tapi sayang....aku salah langkah, kamu nyerah. Selalu ada sesuatu untuk disyukuri-kan?


     Tami sedang sakit hati gemar sekali bermain diksi. Daripada kependem twit twit spamku yang lain, biar aku abadikan disini. Masih berkisar kamu, karena memang hanya kamu










    Semoga berbahagia, maafkan aku yang masih jauh dari sempurna. Aku cinta kamu, selalu.










Bandung, 26 Mei 2014


Tami, Wanita yang Sampai Kini Begitu Ingin Kau Cintai


2 comments:

  1. Sulit untuk melupakan,,, tapi belajarlah untuk menerima :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah sudah menerima, makanya masih bisa bahagia ^^

      Delete