Saturday 22 February 2014

Radi, Tau Apa Kau Tentang Rindu?

   Bagaimana bisa aku lupa akan hal hal yang akan buat aku nestapa barang sedetik saja aku lupa?
Cinta tak hanya perihal bersama, Tam. Lebih dari itu, jika kau mau. Bukan hanya perihal rindu dan serdadu sendu. Rumit memang, tapi tak perlu dipersulit. Cinta sangat sederhana jika kita dapat memaknainya.



    Bicara tentang rindu, siapalah yang paling merindu bila bukan aku pemujamu? Siapalah paling merasa sendu saat kamu tak ada untuk aku? Pernahkan aku mengabaikanmu, tam? Beri aku bukti, jika benar....akan aku beri kau upeti. Anggap saja ini taruhan, hahaha. Tam, sampaikan pada anak anak rindumu, jangan khawatir mereka akan tetap terjaga. Akan tetap ada dalam setiap depa. Jangan merasa jera, akan aku jaga dengan sepenuh jiwa raga. 

   Tami, kamu wanitaku, segala ujung dari rinduku. Kamu, pencipta semesta bahagiaku. 
Aku ada, selalu tersedia. Hanya terlalu malu untuk mengungkapkan rindu. Terlalu sibuk atas presepsi presepsi dengan laki laki mana kamu saat ini. Terlalu durja menduga duga sedang dengan siapa kamu tertawa. Terlalu rapuh untuk tau dengan siapa kau sedang berlabuh. Siapalah aku dibanding teman temanmu?

  Sialan kau, Tam. Jangan bicara perihal cinta tak terbalas. Cinta sebelah tangan, atau bahkan cinta yang terabaikan. Kau hanya sedang merindu, bukan sedang bersedu. Tapi, tau apa kau tentang rindu?  Biar aku ceritakan apa arti merindu...

  Beberapa tahun lalu, ada seorang anak lucu nan lugu yang selalu memperhatikanmu. Terlalu muda untuk tau apa arti cinta -sebenarnya. Tapi entah apa yang ada dibenaknya, dia yakin benar perempuan yang selalu ia perhatikan boleh jadi teman hidupnya di masa depan. Konon katanya, perempuan itu bernama Selvi. Kau mengenalnya? Tidak? Baiklah, setelah serangkaian observasi, anak laki laki itu tau, calon wanitanya lebih akrab disapa Tami. Perempuan berperawakan gemuk yang bisa membuat tuannya berkecamuk. 

  Jangan mengerutkan dahi, aku sudah menduga kau akan sedikit bertanya tanya.
"Tuan?" begitukan? Jangan terkejut, bukan aku jika tidak tau kebiasaanmu. Begini, Tam. Pada kisah yang akan aku ceritakan,  aku akan menyebut laki laki itu Tuan, dan sosok Tami sebagai Puannya.  

  Singkat cerita, lelaki itu memberanikan diri untuk mendekati sang wanita. Bergetarlah seluruh semestanya, tergoncang saat memulai perbincangan. Awal dari segala kisah romantika cinta, luka, dan segala hal tentang remaja. Bak kisah cinta orang dewasa,  sejak saat itu mereka selalu bersama dalam suka maupun duka. Sampai pada akhirnya sang puan mengenal lawan jenisnya yang lain. Cukup pandai untuk mulai memindai mana yang tampan dan mana yang tidak. Tuannya  pun sudah cukup lihai untuk mencemburui. Sayangnya, sang wanita tak cukup peka untuk tau bahwa tuannya menyimpan rasa. 

   Mereka yang biasanya bersama mulai merenggang. Tuan kehilangan Puannya. Sendirian. Sang puan sekarang lebih sedang bermain dengan teman temannya yang lain. Mengabaikan laki laki dalam sepi itu tetap sendiri, tak berniat untuk menemani. Bayangkan, Tam. Dua insan yang sudah terbiasa bersama kemudian berpisah karena keadaan. Laki laki itu aku, by the way.

  Masih sanggupkah kau membicarakan rindu? 
Aku saat dulu, sudah cukup fasih dalam hal rindu. Hampir selalu merindu tanpa kembali dirindu. Rindu hanyalah perasaan sepi saat tak menemukan kamu disisiku. Rindu hanya hampa saat semua rasa menyeruak bagai asa. Rindu hanya utusan tuhan agar aku kembali mencarimu, Hanya perkara murka yang berujung duka, atau duka yang berujung murka. Radian, sudah sering sendirian. Sudah sering diabaikan, sudah sering dikecewakan, tapi tetap merindu. Karena rindu adalah pemersatu. Begitulah, rindu versiku. Kamu, jangan terlalu banyak mengatakan rindu jika belum belajar dari aku. hehehe

  Ah, Tam...
Aku terlalu banyak bicara pada surat ini, maafkan aku untuk segala kelancanganku dalam hal beradu ilmu. Terimakasih untuk definisi cintamu, untuk membuat aku agak bingung melihatmu menjadi begitu sendu. Kamu kenapa, Tam? Kau mau tau cinta menurutku? 

  Cinta bagiku lebih dari kamu, bukan hanya kamu, tapi memang kamu. Bingung ya? Begini maksudku, sebagai seorang lelaki, saat mencinta tidak hanya asal mengucap, tapi juga berbuat. Hanya kamu, dalam arti kamulah satu untukku. Bukan hanya kamu, melainkan juga kehidupanmu, bahagiamu, masa depanmu. Tapi memang kamu, karena hidupmu, masa depanmu, dan bahagiamu yang aku perjuangkan juga untukmu. 

  Cinta bagiku adalah pilihan yang membingungkan. Seperti katamu, cinta perihal memperjuangkan atau merelakan. Aku, atau kamu yang terluka. Tapi bagiku, apabila cinta memanggilku, akan aku ikuti meski berliku. Seperti saat aku memperjuangkanmu.

  Aku baik baik saja, tam. Cukup terhentak oleh suratmu kemarin, sebegitu rindukah? Tam, berjanjilah...balas suratku dengan perihal yang membahagiakan. Tersenyumlah. Betapa aku akan berduka jika akulah biang yang buatmu nestapa. Biarlah tetap begini, Tam. Akupun belum menemukan ramuan yang bisa menenangkan rindu rinduku yang pesakitan. Selain berbincang denganmu seperti ini -tentunya. Kamu, perempuan yang buatku betah manja berlama lama. Jangan coba hilangkan semua kenangan yang ada. Tentang aku, kamu, dan kita. Simpan baik baik, jadikan agenda yang hendaknya akan kita lanjutkan.  Sungguh, aku tetap disini, bersamamu. Maafkan aku yang terlalu takut hanya sekedar untuk mengetahui kabarmu, maaf...

  Selamat memilih Perguruan Tinggi yang kau inginkan, hati hati dalam menentukan pilihan. Jangan lupa jaga kesehatan. Tetap semangat, dan berbahagialah.

 Anyway, kenangan denganku yang mana yang paling kau suka? 


                                  
                                                                                                           Salam Hangat,


                                                                                        Radi, Lelaki yang Buatmu Merindu

No comments:

Post a Comment