Hai, aku
disini. Masih menunggumu, disini. Tepat pada relung hati yang semu. Menyendiri
tak mau membiarkanmu pergi. Hai, ingatkah? Saat saat cinta mempersatukan kita?
Saat kamu, aku, sama sama berjuang untuk satu tujuan. Rindu.
Aku
masih disini, terkubur dalam jutaan rindu yang terabaikan. Dalam ribuan mimpi
yang belum diwujudkan. Dalam ratusan harapan akan kebahagiaan. Kamu dimana?
Anak anak rindu kita sudah hampir dewasa. Diam dan terus menduga duga akan
tetap terjaga atau tidak. Mungkin mulai pilu akan sejuta kenangan yang tak
kunjung terlupakan.
“kita
akan selalu bersama-sama”-katamu
Mana? Kau bahkan tak terlihat. Matamu sayu. Nanar, nyaris
tanpa sinar. Entah aku yang terlalu kalut dalam sendu, atau ada dirimu yang
baru. Kau berubah. Kian jauh saat aku terus mengayuh. Tak apa, sudah biasa.
Cinta sebelah tangan, kata orang.
Cinta,
tau apa aku tentang cinta? Bukankah kau yang mengajari aku, ya?
Hal sederhana dengan dua pilihan makna. Bahagia atau
nestapa. Saling memperjuangkan, atau saling merelakan. Sesederhana itu. Hanya
perihal insan yang mulanya bertatapan.
Kemudian mencinta, lantas bahagia atau terluka.
Tiap
orang punya versinya masing masingkan?
Cinta bagiku itu kamu. Alunan merdu dari setiap rayuan dalam
kalbu. Gemintang dari siangku yang kerontang. Bahagia dari hariku yang nestapa.
Lautan tempat anak anak rinduku di tenggelamkan. Menggelikan, hahaha bagaimana bisa,
seorang wanita-katanya, membuat alunan sajak untuk kamu…lelakinya. Persetan apa
kata orang. Aku hanya aku, aku yang larut dalam rindu.
Tak
perlu mengerutkan dahi, ini hanya surat tak berarti. Tak perlu berduka, santai
saja. Aku hanya sedang menyusun aksara menjadi kata kata bermakna –mungkin.
Bukan salahmu bila kau tak peduli, mungkin memang aku hanya pantas kau caci.
Kau maki dengan emosi-mu yang semakin
menjadi. Lagipula, aku suka caramu murka. Lautan pesona, hahaha.
Anyway, apa kabarmu?
Aku baik-baik saja. Sedikit kerepotan dengan berbagai
kepentingan, terkadang. Sedang kalut dalam dua pilihan. Aku akan memilih
jurusan awal dari masa depan. Seperti yang kau bilang, tidak terburu-buru…masih
terus menimbang. Mohon doanya..
Entah
kenapa malam ini sangat sulit untuk memejam. Tak seperti malam lalu, saat kamu
masih ada untuk aku. Berbincang panjang untuk satu perkara tak terduga. Saat
kita masih dalam satu ketabahan yang sama. Saat kamu selalu geram jika aku tak
kunjung memejam. Atau saat kamu tertawa kesal jika aku tinggal tanpa salam
perpisahan. Indah ya, dulu.
Kamu,
lelakiku. Tak kunjung hilang oleh waktu. Malah semakin membekas saat aku paksa
untuk lepas. Semakin kuingat saat aku ingin lepas dari jerat. Ah, mungkin akan
semakin banyak sajak rindu tercipta. Bila tentang kamu yang kurasa
.
Kamu
dimana? Tak taukah kadang kabar teramat bermakna? Gundah, resah, gelisah.
Ditambah angin yang buatku semakin dingin. Hati dan sanubari. Radi, ini aku…Tami.
Temanmu sedari dulu. Sahabat, mungkin kadang lebih erat, lebih hebat. Malam ini
rinduku memuncak. Mati aku di, datanglah sesekali. Jangan biarkan aku sendiri.
Semesta buatku semakin nestapa. Dengan segala asa yang kurasa. Dengan rindu
yang semakin beradu. Dengan duka yang semakin pilu. Dengan hati yang sudah lama
sepi. Radi, kamu dimana?
Aku
terbiasa kau manja, kau sapa pagi ataupun senja. Kamu, lelaki bermata teduh
yang buatku merengkuh luluh. Radi, jangan tinggalkan aku dalam sepi. Temani aku
saat ini. Tami sedang dirazam alam kala ini. Mencari kamu dalam larut sepi
bernama kehilangan.
Aku
ingat, dulu kita begitu dekat. Begitu serasi untuk saling mengisi. Aku yang
terlalu banyak bicara, dengan kau yang….Ah, begitu sempurna. Aku tau, bukan
saat yang tepat untuk mengingat masalalu. Apalagi untuk memanjakan pilu yang
semakin angkuh merajai. Aku tau. Tak akan selemah ini bila aku tak terjatuh
dalam tawamu. Renyah suara yang selalu kusuka. Senyummu, lengkung sederhana
yang tak bosan buatku jatuh cinta. Candamu,
yang senantiasa membuatku candu.
Aku
butuh kamu sekarang. Kamu dimana, sayang?
Biarkan aku menemukan sosokmu yang telah lama hilang. Sungguh takkan ku
biarkan engkau usang. Lelakiku, yang ceria kala tertawa. Begitu manja,
menggoda.
Dalam rindu,
Tami, Wanitamu
Oh, ini kali ya permulaannya....
ReplyDelete*glek, penuh rayu manja O_0*
Iya ini permulaannya hahaha XD
Delete