Sunday 16 February 2014

Rinduku, Kamu


               Hai, aku disini. Masih menunggumu, disini. Tepat pada relung hati yang semu. Menyendiri tak mau membiarkanmu pergi. Hai, ingatkah? Saat saat cinta mempersatukan kita? Saat kamu, aku, sama sama berjuang untuk satu tujuan. Rindu.

               Aku masih disini, terkubur dalam jutaan rindu yang terabaikan. Dalam ribuan mimpi yang belum diwujudkan. Dalam ratusan harapan akan kebahagiaan. Kamu dimana? Anak anak rindu kita sudah hampir dewasa. Diam dan terus menduga duga akan tetap terjaga atau tidak. Mungkin mulai pilu akan sejuta kenangan yang tak kunjung terlupakan.



               “kita akan selalu bersama-sama”-katamu
Mana? Kau bahkan tak terlihat. Matamu sayu. Nanar, nyaris tanpa sinar. Entah aku yang terlalu kalut dalam sendu, atau ada dirimu yang baru. Kau berubah. Kian jauh saat aku terus mengayuh. Tak apa, sudah biasa. Cinta sebelah tangan, kata orang.

               Cinta, tau apa aku tentang cinta? Bukankah kau yang mengajari aku, ya?
Hal sederhana dengan dua pilihan makna. Bahagia atau nestapa. Saling memperjuangkan, atau saling merelakan. Sesederhana itu. Hanya perihal  insan yang mulanya bertatapan. Kemudian mencinta, lantas bahagia atau terluka.

               Tiap orang punya versinya masing masingkan?
Cinta bagiku itu kamu. Alunan merdu dari setiap rayuan dalam kalbu. Gemintang dari siangku yang kerontang. Bahagia dari hariku yang nestapa. Lautan tempat anak anak rinduku di tenggelamkan. Menggelikan, hahaha bagaimana bisa, seorang wanita-katanya, membuat alunan sajak untuk kamu…lelakinya. Persetan apa kata orang. Aku hanya aku, aku yang larut dalam rindu.

               Tak perlu mengerutkan dahi, ini hanya surat tak berarti. Tak perlu berduka, santai saja. Aku hanya sedang menyusun aksara menjadi kata kata bermakna –mungkin. Bukan salahmu bila kau tak peduli, mungkin memang aku hanya pantas kau caci. Kau maki  dengan emosi-mu yang semakin menjadi. Lagipula, aku suka caramu murka. Lautan pesona, hahaha.

               Anyway, apa kabarmu?
Aku baik-baik saja. Sedikit kerepotan dengan berbagai kepentingan, terkadang. Sedang kalut dalam dua pilihan. Aku akan memilih jurusan awal dari masa depan. Seperti yang kau bilang, tidak terburu-buru…masih terus menimbang. Mohon doanya..

               Entah kenapa malam ini sangat sulit untuk memejam. Tak seperti malam lalu, saat kamu masih ada untuk aku. Berbincang panjang untuk satu perkara tak terduga. Saat kita masih dalam satu ketabahan yang sama. Saat kamu selalu geram jika aku tak kunjung memejam. Atau saat kamu tertawa kesal jika aku tinggal tanpa salam perpisahan. Indah ya, dulu.

               Kamu, lelakiku. Tak kunjung hilang oleh waktu. Malah semakin membekas saat aku paksa untuk lepas. Semakin kuingat saat aku ingin lepas dari jerat. Ah, mungkin akan semakin banyak sajak rindu tercipta. Bila tentang kamu yang kurasa
.
               Kamu dimana? Tak taukah kadang kabar teramat bermakna? Gundah, resah, gelisah. Ditambah angin yang buatku semakin dingin. Hati dan sanubari. Radi, ini aku…Tami. Temanmu sedari dulu. Sahabat, mungkin kadang lebih erat, lebih hebat. Malam ini rinduku memuncak. Mati aku di, datanglah sesekali. Jangan biarkan aku sendiri. Semesta buatku semakin nestapa. Dengan segala asa yang kurasa. Dengan rindu yang semakin beradu. Dengan duka yang semakin pilu. Dengan hati yang sudah lama sepi. Radi, kamu dimana?

               Aku terbiasa kau manja, kau sapa pagi ataupun senja. Kamu, lelaki bermata teduh yang buatku merengkuh luluh. Radi, jangan tinggalkan aku dalam sepi. Temani aku saat ini. Tami sedang dirazam alam kala ini. Mencari kamu dalam larut sepi bernama kehilangan.

               Aku ingat, dulu kita begitu dekat. Begitu serasi untuk saling mengisi. Aku yang terlalu banyak bicara, dengan kau yang….Ah, begitu sempurna. Aku tau, bukan saat yang tepat untuk mengingat masalalu. Apalagi untuk memanjakan pilu yang semakin angkuh merajai. Aku tau. Tak akan selemah ini bila aku tak terjatuh dalam tawamu. Renyah suara yang selalu kusuka. Senyummu, lengkung sederhana yang tak bosan buatku jatuh cinta.  Candamu, yang senantiasa membuatku candu.

               Aku butuh kamu sekarang. Kamu dimana, sayang? Biarkan aku menemukan sosokmu yang telah lama hilang. Sungguh takkan ku biarkan engkau usang. Lelakiku, yang ceria kala tertawa. Begitu manja, menggoda.

                                                                                                                Dalam rindu,
                                                                                                             Tami, Wanitamu

2 comments:

  1. Oh, ini kali ya permulaannya....
    *glek, penuh rayu manja O_0*

    ReplyDelete